JAJAL Infinix Hot 60 Pro Plus: review, reviewjujur, produkreview terhadap 3D-Curved Paling Tipis dan Kamera Sony IMX882

Jagat Review kembali menghadirkan pembahasan mendalam tentang smartphone yang unik: Infinix Hot 60 Pro Plus. Artikel ini ditulis sebagai sebuah review, reviewjujur, produkreview yang bertujuan membantu pembaca memahami kemampuan kamera dan pengalaman vlogging dengan perangkat yang mengusung layar 3D-curved paling tipis saat ini. Penulis mengikuti jejak perjalanan uji coba yang dilakukan di Kota Congching, Cina, untuk menguji kemampuan kamera, perekaman video, serta kenyamanan penggunaan di aktivitas sehari-hari seperti jalan-jalan dan mencoba street food. Artikel ini menyajikan ulasan yang ramah, terstruktur, dan praktis—mudah dibaca tetapi tetap mendalam.

Gambaran singkat: apa yang diuji dan mengapa penting

Infinix Hot 60 Pro Plus menarik perhatian karena dua hal utama: desain bodi dengan layar 3D-curved yang sangat tipis serta konfigurasi kamera utama yang memakai sensor Sony IMX882 beresolusi 50 megapiksel. Uji ini fokus pada aspek kamera—mulai dari spesifikasi, kemampuan merekam video pada berbagai resolusi dan frame rate, stabilisasi, performa saat malam, hingga penggunaan nyata untuk vlogging. Karena banyak pengguna kini memilih smartphone sebagai alat produksi konten utama, memahami seberapa jauh kemampuan kamera dan stabilisasi pada kondisi nyata sangat penting.

Tulisan ini dikemas sebagai review, reviewjujur, produkreview: bukan sekadar menyajikan spesifikasi di atas kertas, tetapi juga pengalaman penggunaan sehari-hari, trik praktis untuk memaksimalkan hasil foto dan video, serta catatan yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan membeli. Penulis menjaga gaya bahasa ramah dan informatif, seolah sedang ngobrol santai dengan teman yang mau tahu seluk-beluk kamera smartphone ini.

Infinix Hot 60 Pro Plus tampil di tangan, menampilkan layar 3D-curved tipis

Ringkasan spesifikasi kamera dan perekaman video

Sebelum masuk ke hasil uji lapangan, berikut poin-poin utama spesifikasi kamera yang menjadi fokus:

  • Kamera utama: 50 MP menggunakan sensor Sony IMX882.
  • Kamera selfie: 13 MP dengan dukungan perekaman hingga 2K pada 30 fps, atau 1080p pada 60 fps.
  • Dukungan perekaman video untuk kamera utama: hingga 2K pada 30 fps dan 1080p pada 60 fps (pilihan bergantung pengaturan).
  • Stabilisasi: ada opsi stabilisasi pada resolusi tertentu (contohnya 1080p 30 fps). Namun ada keterbatasan stabilisasi pada resolusi yang lebih tinggi, sehingga beberapa kombinasi resolusi/frame rate belum mendukung stabilisasi aktif.
  • SoC dan memori: Mediatek Helio G200, RAM 8 GB, unit uji ini memiliki storage 256 GB.

Dengan kombinasi sensor Sony IMX882 dan kemampuan perekaman hingga 2K, Infinix Hot 60 Pro Plus menonjol pada kertas sebagai perangkat yang layak dipertimbangkan untuk pembuat konten entry-to-mid-level. Namun, seperti biasa, spesifikasi tidak selalu sama dengan pengalaman nyata—oleh karena itu uji jalan dan vlogging di lokasi dengan kondisi cahaya berbeda menjadi sangat relevan untuk mengukur performanya secara real.

Desain dan layar: 3D-Curved yang benar-benar tipis

Salah satu daya tarik Infinix Hot 60 Pro Plus adalah layar 3D-curved yang diklaim paling tipis di dunia untuk kategori tertentu. Dalam praktiknya, layar ini memberikan impresi premium—sentuhan melengkung di sisi membuat perangkat terasa lebih nyaman digenggam dan memberikan tampilan yang "seamless" saat menonton video atau melakukan perekaman vlogging dengan cara memiringkan ponsel. Efek visual layar yang melengkung juga menambah estetika foto dan video, terutama ketika ada cahaya dari samping.

Namun, layar 3D-curved tipis punya konsekuensi ergonomi dan proteksi. Pinggiran yang melengkung cenderung lebih rentan terhadap goresan bila tidak diproteksi dengan case yang tepat; juga, beberapa pelindung layar pihak ketiga mungkin tidak pas. Penulis menyarankan pemakaian case yang dirancang khusus atau tempered glass dengan desain yang menutup area datar layar agar tetap aman saat digunakan di lapangan.

Nyaman untuk vlogging?

Untuk vlogger yang sering memegang ponsel saat merekam, ketipisan layar dan bodi membuat ponsel terasa ringan dan mudah digunakan untuk vlog berjalan. Saat merekam di tangan, ergonomi terasa cukup baik karena berat yang seimbang—tetapi karena bentuk melengkung, tanda tangan tangan kadang sedikit lebih licin dibanding layar datar. Pilihan case berbahan karet atau silikon akan membantu menambah grip tanpa menghilangkan kesan premium layar melengkung tersebut.

Detail kamera selfie: kapan sebaiknya pakai 13MP 2K 30 fps atau 1080p 60 fps?

Kamera selfie 13 MP pada Infinix Hot 60 Pro Plus mampu merekam hingga 2K 30 fps atau 1080p 60 fps. Pilihan antara kedua mode ini bergantung pada kebutuhan pengguna:

  • 2K 30 fps: cocok ketika ingin menangkap detail wajah lebih baik, output lebih tajam saat ditonton di layar yang besar, atau bila prioritasnya adalah kualitas still frame dari video (crop atau ambil freeze frame nanti). Namun dalam pengujian, pada resolusi 2K 30 fps stabilisasi aktif belum bekerja optimal, sehingga rekaman cenderung "gempa" tanpa bantuan tripod atau stabilisasi pasca-editing.
  • 1080p 60 fps: pilihan tepat untuk video yang lebih halus (motion smoothness), misalnya saat melakukan walking vlog atau merekam aksi dengan gerakan cepat. Namun karena resolusi lebih rendah, detail yang terekam tidak sebanding 2K, terutama saat kondisi cahaya bagus.

Penting dicatat: saat menggunakan mode resolusi tinggi pada kamera selfie, penulis merekomendasikan penggunaan tripod atau gimbal untuk mengurangi efek guncangan—seperti yang dilakukan selama uji di Congching. Alternatif lain adalah menggunakan aplikasi editing yang memiliki stabilisasi (misalnya Google Photos atau aplikasi stabilisasi pihak ketiga) untuk memperbaiki rolling atau jitter di hasil rekaman.

Perekaman kamera utama: Sony IMX882 50 MP — bagaimana hasilnya?

Kamera utama 50 MP dengan sensor Sony IMX882 menjadi andalan perangkat ini. Sensor IMX882 dikenal di beberapa ponsel kelas menengah atas sebagai sensor yang mampu menangkap detail cukup baik, memiliki performa warna yang natural, serta kemampuan menangani kontras yang memadai. Dalam pengujian lapangan di Congching, pemotretan dan perekaman pada siang hari menunjukkan hasil yang kompetitif di kelasnya.

Beberapa temuan praktis dari uji perekaman dengan kamera utama antara lain:

  • Mode 2K 30 fps memberikan detail yang lebih baik dibanding 1080p, terutama saat memotret lanskap atau arsitektur—misalnya saat melihat bangunan lantai 22 dan detail struktur yang jauh.
  • Mode 1080p 60 fps menawarkan gerakan yang lebih mulus. Jika tujuan utama adalah membuat video yang terasa "kinematografi halus" ketika ada banyak gerakan, 1080p 60 fps menjadi pilihan masuk akal. Namun stabilisasi di mode ini bisa kurang tergantung pengaturan.
  • Mode 1080p 30 fps adalah pilihan paling stabil karena mendukung stabilisasi aktif pada perekaman; cocok untuk vlog sambil berjalan atau ketika ingin hasil rekaman yang tidak banyak guncangan tanpa alat bantu.
Hasil perekaman 2K 30 fps dari kamera utama, menampilkan area terbuka dan detail arsitektur

Secara keseluruhan, sensor IMX882 pada Infinix Hot 60 Pro Plus menunjukkan kemampuan menangkap warna yang cukup natural, rentang dinamis yang layak di siang hari, serta detail yang memuaskan untuk kelas menengah. Namun pada kondisi kurang cahaya, muncul noise dan penurunan detail yang wajar untuk sensor di rentang harga ini.

Perilaku kamera di kondisi malam: apa yang harus diharapkan?

Uji malam dengan kamera selfie dan kamera utama mengungkap keterbatasan yang penting dicatat. Pada kamera selfie, preview menunjukkan kualitas mulai menurun saat kondisi cahaya minim; noise mulai terlihat, dan detail berkurang. Hal ini wajar mengingat ukuran sensor dan resolusi kamera selfie yang relatif kecil dibanding kamera utama.

Untuk kamera utama, performa malam tergantung pada pengaturan dan stabilisasi. Pada kasus tertentu, jika ingin hasil malam lebih bersih, sebaiknya pakai mode malam (jika tersedia) atau gunakan tripod untuk memaksimalkan eksposur tanpa menimbulkan blur dari goyangan tangan. Penulis juga menyarankan menurunkan resolusi frame rate atau memanfaatkan lampu bantuan saat merekam subjek agar noise dapat ditekan.

Stabilisasi: kapan aktif dan kapan tidak? solusi praktis

Salah satu catatan penting dari uji ini adalah soal stabilisasi. Tidak semua kombinasi resolusi dan frame rate mendukung stabilisasi aktif. Contohnya, perekaman di 1080p 30 fps pada kamera utama mendukung stabilisasi sehingga hasilnya relatif stabil, sedangkan untuk 1080p 60 fps dan 2K 30 fps beberapa mode belum mendapatkan dukungan stabilisasi aktif pada perangkat uji.

Solusi praktis untuk menangani keterbatasan stabilisasi antara lain:

  • Gunakan tripod atau gimbal ketika merekam pada 2K 30 fps atau 1080p 60 fps, terutama untuk vlogger yang ingin hasil lebih detail namun tanpa blur karena guncangan.
  • Gunakan software stabilisasi pasca-produksi (misalnya Google Photos atau aplikasi edit video yang menyediakan stabilisasi elektronik) untuk memperbaiki jitter pada rekaman.
  • Pilih 1080p 30 fps ketika prioritas adalah stabilitas dan tidak ingin repot editing berlebih.

Secara praktis, ini berarti tiap pengguna perlu menimbang antara "detail" (2K) dan "stabilitas" (1080p30). Penulis, dalam uji jalan, sering berganti mode tergantung kebutuhan adegan: 2K untuk menangkap lanskap atau arsitektur dari jarak jauh, 1080p60 untuk adegan aksi cepat, dan 1080p30 untuk vlog sambil berjalan demi hasil akhir yang lebih stabil tanpa alat bantu.

Pengalaman vlogging di Queen Low Congching dan area street food

Uji lapangan dilakukan di beberapa lokasi—salah satunya Queen Low Congching yang punya arsitektur unik dengan lantai bertingkat dan pemandangan ke bawah. Pengambilan footage pada lantai yang tinggi menunjukkan kemampuan kamera utama dalam menangkap detail arsitektur pada siang hari, terutama saat memakai 2K 30 fps. Ada momen ketika penulis berpindah dari lantai dua ke zona lain dan merekam pemandangan dari lantai 22—ini jadi contoh bagus bagaimana sensor dan lensa menangani scene dengan jarak dan detail yang bervariasi.

Selanjutnya, pengujian di area street food adalah campuran tantangan: cahaya tidak merata, keramaian, banyak gerakan, serta suara ambient yang ramai. Di sini penulis merekam dengan kamera selfie pada 1080p 60 fps dan juga merekam suara langsung dari mikrofon internal smartphone untuk menilai kualitas audio bawaan. Hasilnya menunjukkan bahwa mikrofon internal cukup memadai untuk vlog casual—suara penjelasan terdengar jelas meski ada kebisingan pasar. Namun jika ingin hasil audio lebih bersih dan profesional, penggunaan mikrofon eksternal tetap direkomendasikan.

Vlogging di area street food, menampilkan keramaian dan aktivitas kuliner

Pada adegan mencari jajanan dan mencoba makanan kecil (sereal, kopi), penulis juga menguji fokus otomatis pada objek dekat. Fokus bekerja cukup baik untuk memfokus objek seperti bungkus makanan dan cangkir kopi—berguna untuk membuat potongan B-roll yang menarik saat membuat vlog kuliner. Hasil foto dan video di area ini juga menunjukkan warna yang cukup hidup pada kondisi siang berbayang, tetapi noise mulai muncul saat cahaya menipis pada sore hingga malam hari.

Audio: rekaman lewat mikrofon smartphone—cukup atau kurang?

Uji suara dilakukan tanpa mikrofon eksternal, sehingga memanfaatkan mikrofon internal Infinix Hot 60 Pro Plus. Dalam kondisi street food yang ramai, suara narasi masih cukup jelas dan intelligible—ini mengindikasikan mikrofon internal dirancang untuk menangani dynamic range percakapan. Namun, pengurangan noise dan klaritas vokal tetap kalah jika dibandingkan mikrofon lavalier atau shotgun eksternal.

Rekomendasi praktis untuk pembuat konten:

  • Untuk vlog casual atau quick capture di jalan, mikrofon internal cukup memadai. Pastikan merekam dekat mulut dan menghadapkan ponsel pada sumber suara.
  • Untuk konten yang ingin disajikan profesional (misalnya VO panjang, interview), gunakan mikrofon eksternal yang dapat dipasang ke smartphone atau gunakan perekam audio terpisah.
  • Manfaatkan fitur noise reduction pada aplikasi editing untuk memperbaiki rekaman jika tidak memakai mikrofon eksternal.

Hasil foto: apa yang terlihat dari galeri uji?

Selama uji jalan, beberapa foto diambil—mulai dari arsitektur, street food, close-up object, hingga potret casual. Berikut poin-poin penting mengenai hasil foto:

  • Warna: cenderung natural dengan sedikit peningkatan saturation yang membuat foto terlihat “hidup” namun tidak berlebihan.
  • Detail: pada siang hari dan kondisi cahaya baik, detail pada 50 MP sangat memuaskan untuk kelas menengah; bisa di-crop tanpa kehilangan terlalu banyak detail.
  • Fokus: autofocus bekerja responsif terutama pada objek dekat saat uji fokus (cereal, kopi). Kecepatan AF memadai untuk perekaman vlog dan foto cepat di pasar.
  • Dynamic range: cukup baik pada adegan berkontras, misalnya pemandangan luar bangunan yang terang dengan area dalam yang lebih gelap—tetapi tetap ada keterbatasan jika scene sangat high-contrast.
  • Malam hari: noise meningkat, detail menurun—saran: gunakan mode malam atau tripod.

Secara keseluruhan, kombinasi sensor Sony IMX882 dan algoritma pemrosesan gambar Infinix menghasilkan foto yang solid untuk penggunaan harian dan konten sosial media. Bagi pengguna yang ingin mencetak foto besar atau melakukan crop ekstrem, perbandingan dengan perangkat di kelas yang lebih tinggi tetap perlu dipertimbangkan.

Performa keseluruhan: Helio G200, RAM 8 GB, dan pengalaman sehari-hari

Di luar kamera, Infinix Hot 60 Pro Plus menggunakan Mediatek Helio G200 dan 8 GB RAM, dengan varian storage yang penulis uji adalah 256 GB. Konfigurasi ini menempatkannya di segmen perangkat mid-range yang mengutamakan efisiensi dan pengalaman penggunaan yang lancar untuk tugas sehari-hari dan beberapa game kasual hingga menengah.

Beberapa poin mengenai performa dan ekspektasi:

  • Antarmuka dan multitasking: RAM 8 GB memberikan ruang yang cukup untuk switching aplikasi harian—media sosial, browser, aplikasi kamera, dan editing ringan.
  • Gaming: Helio G200 memadai untuk game kasual dan beberapa judul populer pada pengaturan grafis menengah. Untuk game berat pada pengaturan maksimal mungkin akan mengalami penurunan frame rate.
  • Pengelolaan panas: selama sesi perekaman video panjang, perangkat menunjukkan manajemen panas yang wajar; namun penggunaan berat terus-menerus dapat meningkatkan suhu yang memengaruhi throttling performa.
  • Benchmark dan harga: penulis menyebut bahwa hasil benchmark dan detail harga akan dibahas di review mendalam terpisah—namun pengalaman praktis menunjukkan keseimbangan antara performa dan fitur kamera di segmennya.

Tips teknis untuk menghasilkan video dan foto terbaik dengan Infinix Hot 60 Pro Plus

Berikut panduan praktis yang dapat diikuti pembaca agar mendapatkan hasil maksimal saat menggunakan perangkat ini untuk foto dan video:

  1. Pilih resolusi sesuai kebutuhan: gunakan 2K 30 fps untuk detail saat kondisi cahaya bagus; gunakan 1080p 60 fps jika ingin gerakan halus; pilih 1080p 30 fps bila butuh stabilisasi aktif tanpa alat bantu.
  2. Pakailah tripod atau gimbal saat merekam di 2K 30 fps atau 1080p 60 fps agar mengurangi jitter jika stabilisasi tidak aktif.
  3. Untuk vlogging malam, gunakan lampu tambahan atau mode malam (jika tersedia). Jangan berharap hasil low-light setara flagship tanpa bantuan cahaya.
  4. Gunakan microphone eksternal untuk kualitas audio superior—terutama saat merekam VO atau wawancara.
  5. Manfaatkan aplikasi editing dengan stabilisasi pasca produksi (contoh: Google Photos, aplikasi edit video) untuk memperbaiki rekaman yang sedikit goyang.
  6. Pastikan firmware dan aplikasi kamera ter-update untuk mendapatkan peningkatan performa dan stabilisasi yang mungkin dirilis pabrikan.

Perbandingan singkat dengan kompetitor di kelas menengah

Di segmen menengah, banyak ponsel menawarkan sensor besar dan konfigurasi multi-kamera. Yang membuat Infinix Hot 60 Pro Plus menonjol adalah kombinasi layar 3D-curved super tipis dan penggunaan Sony IMX882 pada kamera utama. Jika dibandingkan dengan kompetitor yang menawarkan sensor sejenis, Infinix setara dalam menangkap detail siang hari dan memberikan pengalaman vlogging yang baik—terutama jika pengguna memahami batasan stabilisasi pada resolusi tertentu.

Beberapa catatan perbandingan:

  • Keunggulan: desain layar curved yang premium, sensor Sony pada kamera utama, opsi perekaman 2K di kelas menengah.
  • Kekurangan relatif: stabilisasi tidak konsisten di semua mode perekaman, performa low-light bisa ditingkatkan pada generasi berikutnya.
  • Nilai tambah: memori besar (varian 256 GB) dan RAM 8 GB memberi ruang besar untuk penyimpanan foto/video serta multitasking tanpa cepat penuh.

Kelebihan dan kekurangan — ringkasan langsung

Berikut ringkasan poin kuat dan yang perlu diperbaiki pada Infinix Hot 60 Pro Plus berdasarkan uji lapangan:

  • Kelebihan:
    • Desain layar 3D-curved sangat tipis dan menarik.
    • Kamera utama memakai Sony IMX882 yang menghasilkan foto dan video detail pada siang hari.
    • Opsi perekaman hingga 2K 30 fps di segmen menengah.
    • Varian memori besar (256 GB) mendukung penyimpanan konten tanpa cepat penuh.
  • Kekurangan:
    • Stabilisasi tidak aktif di semua kombinasi resolusi/frame rate sehingga perlu tripod atau stabilisasi pasca-editing pada beberapa mode.
    • Performa low-light menurun dengan munculnya noise; butuh mode malam atau bantuan cahaya.
    • Layar curved butuh perlindungan ekstra agar tidak cepat tergores.

Catatan penggunaan sehari-hari dan rekomendasi pembelian

Bagi pembeli potensial yang mencari perangkat dengan desain premium, layar 3D-curved, dan kemampuan kamera yang baik untuk vlogging casual, Infinix Hot 60 Pro Plus adalah opsi yang layak dipertimbangkan. Smartphone ini cocok untuk:

  • Pembuat konten pemula hingga menengah yang menginginkan perekaman 2K tanpa harus beralih ke perangkat mahal.
  • Pengguna yang sering membuat vlog jalan-jalan atau kuliner dan membutuhkan perangkat ringan yang enak digenggam.
  • Mereka yang mengutamakan kapasitas penyimpanan besar untuk menyimpan foto dan video dalam jumlah banyak.

Pertimbangan sebelum membeli:

  • Jika stabilitas perekaman tanpa alat bantu adalah prioritas utama, cek apakah Anda siap memakai 1080p 30 fps atau bersedia menggunakan tripod/gimbal saat merekam 2K.
  • Jika perekaman malam adalah kebutuhan pokok, pertimbangkan smartphone dengan performa night mode lebih agresif atau sensor yang lebih besar.

Hal-hal teknis yang mungkin ingin diketahui oleh pembaca teknis

Untuk pembaca yang ingin memahami teknis sedikit lebih dalam:

  • Sensor Sony IMX882 adalah sensor yang populer pada beberapa perangkat kelas menengah; sensor ini biasanya memberikan kombinasi yang baik antara resolusi dan efisiensi noise control pada kondisi cahaya menengah hingga terang.
  • Stabilisasi video pada smartphone umumnya dilakukan dengan dua cara: stabilisasi elektronik (EIS) dan stabilisasi optik (OIS). Pada banyak perangkat mid-range, EIS lebih umum digunakan karena OIS memerlukan hardware tambahan. Keterbatasan dukungan stabilisasi pada beberapa resolusi sering kali terkait pengaturan internal ISP dan algoritma EIS yang berbeda pada tiap mode.
  • Mediatek Helio G200 adalah chipset yang fokus pada efisiensi daya dan performa dasar—cocok untuk multitasking dan gaming ringan. Namun untuk gaming berat dan pemrosesan video intensif, chipset kelas atas akan memberikan hasil yang lebih optimal.

Rekomendasi akhir bagi pembuat konten: workflow sederhana untuk hasil optimal

Berikut workflow atau alur kerja praktis yang direkomendasikan untuk pembuat konten yang ingin memaksimalkan Infinix Hot 60 Pro Plus:

  1. Set kamera utama ke 2K 30 fps untuk pengambilan lanskap & arsitektur siang hari; gunakan tripod kalau memungkinkan.
  2. Untuk vlogging berjalan atau adegan bergerak, pilih 1080p 60 fps jika ingin motion halus, tetapi pertimbangkan gimbal untuk stabilisasi; jika tanpa gimbal, gunakan 1080p 30 fps untuk stabilisasi onboard.
  3. Rekam suara penting (narasi, interview) dengan microphone eksternal; mikrofon internal cukup untuk capture ambient atau vlog casual.
  4. Gunakan aplikasi editing dengan fitur stabilisasi (mis. Google Photos atau aplikasi edit video) untuk memperbaiki jitter yang tersisa.
  5. Simpan file mentah di storage internal (256 GB) atau pindahkan ke backup teratur agar ruang tersedia untuk perekaman berkualitas tinggi.

Penutup yang berwawasan—apa yang dapat diambil pembaca

Infinix Hot 60 Pro Plus menawarkan paket menarik: desain layar 3D-curved yang tipis, kamera utama yang memakai sensor Sony IMX882 50 MP, dan opsi perekaman 2K untuk pengguna yang ingin menangkap detail lebih baik. Sebagai sebuah review, reviewjujur, produkreview, tulisan ini menegaskan bahwa perangkat ini sangat layak dipertimbangkan oleh pembuat konten entry-to-mid-level yang mengutamakan nilai estetika dan kualitas gambar siang hari.

Penting untuk diingat bahwa setiap perangkat punya kelebihan dan batasan. Dengan memahami kapan harus menggunakan mode perekaman tertentu, serta menerapkan alat bantu seperti tripod, gimbal, atau mikrofon eksternal, pengguna dapat memaksimalkan potensi Infinix Hot 60 Pro Plus. Penulis berharap review, reviewjujur, produkreview ini membantu pembaca membuat keputusan lebih matang ketika mempertimbangkan perangkat ini untuk kebutuhan produksi konten sehari-hari.

Jika pembaca ingin melihat pembahasan lebih teknis—benchmark, durasi baterai, dan harga—penulis menyarankan menunggu review lengkap yang membahas semua aspek tersebut secara mendalam. Untuk topik kamera dan vlogging, pembaca sudah mendapatkan gambaran komprehensif melalui review, reviewjujur, produkreview ini.

Terakhir, pembaca diundang untuk berbagi pendapat: bagaimana menurut Anda kemampuan kamera Infinix Hot 60 Pro Plus? Adakah pengalaman menarik saat merekam dengan smartphone di perjalanan? Tinggalkan komentar dan berdiskusi agar pengalaman ini semakin lengkap dan bermanfaat untuk komunitas.

Deretan foto hasil kamera Infinix Hot 60 Pro Plus ditampilkan dalam galeri

Terima kasih telah membaca review, reviewjujur, produkreview ini sampai akhir. Sampai jumpa pada ulasan berikutnya yang akan membahas benchmark dan harga secara rinci. Semoga membantu dan selamat mencoba memaksimalkan karya konten Anda dengan perangkat pilihan.

JAJAL Infinix Hot 60 Pro Plus: review, reviewjujur, produkreview terhadap 3D-Curved Paling Tipis dan Kamera Sony IMX882. There are any JAJAL Infinix Hot 60 Pro Plus: review, reviewjujur, produkreview terhadap 3D-Curved Paling Tipis dan Kamera Sony IMX882 in here.